Ngelus dada tenan ketika secara tidak sengaja mendengar seorang bapak bapak (disinyalir adalah buruh migrant Indonesia; didengar dari loghat bicaranya) sedang curhat kepada temannya disebuah warung makan diMalaysia ini tentang seorang anaknya yang dikuliahkan dengan segala keterbatasan dana, malah dihardik oleh sang anak yang minta dibelikan motor walaupun sang bapak sudah mengiyakan dan istilahnya nyemayani permintaan tersebut.
Jujur, sebagai seorang yang menghabiskan waktu 10 tahun terakhir ini di Malaysia, hati A’A sangat trenyuh ketika mendengar curhatan atau lebih tepatnya keluh kesah diatas mas bro mbak sist…
Lalu timbul pertanyaan dalam hati A’A, apa mungkin sang anak tidak tahu dan tidak pernah ingin tahu bagaimana perjuangan bapaknya disini sehingga dia tega menghardik bapaknya sendiri yang sangat menyayanginya?
Ataukah memang dia tidak cukup peka dengan semayan sang bapak? Onone bapakmu nyemayani kie mergo duite dialokasikan kekeperluan lainnya yang lebih bersifat prioroitas.
Untuk Panjenengan ketahui terkadang, Bapak ataupun Suami Panjenengan yang merantau disini, harus rela tinggal dirumah kongsi yang maaf, kalau diIndonesia pun njenengan mungkin akan ngedumel bila disuruh nempati. Tapi Suami njenengan, bapak njenengan, tidak pernah mengeluh walaupun tiap malam digigit tinggi (serangga penghisap darah).
Belum lagi kerelaan tidak menghiraukan teriknya sang mentari membakar kulit, hujan yang kerap kali menyapa namun mereka tetap tabah. Tetap pada keikhlasan untuk menafkahi anak istri dirumah dengan harapan untuk ekonomi keluarga yang lebih baik…
Tiap hari berangkat kerja tidak menggubris rasa lelah akumulasi dari hari hari lalu. Terkadang dalam keadaan yang sedikit memaksakan diri walau kondisi tubuh sedang sakit. Itu semua demi keluarga di Indonesia, bukan demi diri sendiri!
Namun ketika semua pengorbanan yang sudah diberikan dengan penuh totalitas bukannya mendapat apresiasi malah mendapatkan kata kata makian dan hardikan, hati orang tua mana yang tidak nelongso… pasti nelongso mas bro… A’A kok ikut ikutan merinding ini nulise
Ya sudah, yang penting Panjenengan sedikit banyak sudah tahu perjuangan kepala keluarga panjenengan disini. Yang selalu menuntut dan minta ini itu dari suami dan atau bapak yang merantau jadi TKI, Setelah mengetahui ini, masih tega mendesak ayah untuk belikan motor?
semoga mereka diberi keselamatan dan dapet rezeki barokah.. aamiin
SukaDisukai oleh 2 orang
Aamiin….
SukaSuka
Aamiin
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin
SukaSuka
Merinding aku,Cak Irul…
Padahal aku sendiri juga sudah pernah seperti itu dulu waktu masih di konstruksi ( baca : kuli bangunan :D. )
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah iyo cak…. keno nggo pembelajaran kita semua… 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Jungkir walik sayah ga di roso…mriyang dipekso kerjo…semata utk yg di indo….mgkin mereka pikir di rantau golek duwek penak
SukaDisukai oleh 1 orang
La iyo…
SukaSuka
Itoe anak salah pergaulan….
SukaDisukai oleh 1 orang
Kemungkinan iya kang…
SukaSuka
Ping balik: Blog Kelahiran Luar Negeri, Seberapa Langka Kah? | atasaspal