Nasib Honda ADV 160: Antara Simbol Kesuksesan di Desa dan Bahan Candaan di Kota

Logo Perusahaan

atasaspal.com – Gengz… Motor itu bukan sekadar alat transportasi, tapi juga cerminan status sosial. Fenomena ini nyata banget terlihat pada Honda ADV 160, skutik premium yang punya persepsi jauh berbeda antara orang desa dan orang kota. Di perdesaan, dia dipuja sebagai simbol kesuksesan, bahkan disamakan dengan motor gede (moge). Tapi giliran dibawa ke perkotaan, motor ini sering jadi bahan candaan karena dianggap enggak relevan sama kebutuhan urban. Bahkan, enggak jarang dicap norak. Kocak, kan?

Honda ADV 160: “Mogenya” Orang Desa, Validasi Kesuksesan Instan

Coba deh melipir ke desa-desa di pesisir selatan kawasan Tulungagung, Trenggalek, atau Blitar. Di sana, Honda ADV 160 menempati posisi istimewa. Harganya yang sekitar Rp35-40 juta dianggap sebagai “pencapaian besar”. Bandingkan saja misalnya dengan motor bebek atau matik umum di desa yang rata-rata harganya kurleb Rp20 juta. Jadi, punya Honda ADV 160 otomatis jadi tanda kemapanan ekonomi atau kesuksesan seseorang, setara dengan PCX ataupun NMAX dari pabrikan kompetitor.

Di sini, kalau sudah punya ADV, itu tandanya sudah ‘jadi’, sudah mapan secara ekonomi, dan enggak perlu ditanya “kerja apa?”. Ya, di perdesaan, pertanyaan tentang pekerjaan dan gaji bukanlah hal yang sensitif, justru sangat lumrah. Seringkali, saat seseorang pulang dari perantauan, pertanyaan “kerja apa?” atau “gajinya berapa?” akan langsung meluncur dari bibir tetangga yang kepo.

Kepemilikan Honda ADV 160 seolah menjadi validasi instan atas kesuksesan seseorang. Bodi motor yang besar, desain yang modern, dan harganya yang fantastis di mata warga desa, sudah cukup menjadi jawaban atas segala pertanyaan tentang sumber penghasilan karena dahulu kala, kalau kita pulang ngerantau terus bawa CBR, mereka tahu kalau dia sukses di kota. Sekarang, bawa ADV pun sudah dianggap tier satu juga.

Kebal Jalan Rusak: Fungsionalitas Sang Petualang Desa

Itu baru ngomongin persepsi warga desa. Coba kita bicara fungsionalitas Honda ADV 160 memang layak jadi top tier motornya orang desa. Melansir laman resmi Honda, ground clearance tinggi (165 mm) skutik itu sangat ideal buat melibas jalan tak rata, berlumpur, atau berbatu. Apalagi kebanyakan infrastruktur jalanan di pesisir selatan ini memang cukup tertinggal dari wilayah tengah. Jadi, jalan rusak di mana-mana harus ia nikmati dengan lapang dada tiap hari.

Motor ini juga dibekali rangka double cradle yang kokoh, yang dirancang untuk menahan beban dan guncangan lebih baik dibanding rangka skuter biasa. Suspensi depannya menggunakan teleskopik, sementara bagian belakang ada sub-tank twin rear suspension yang mampu meredam guncangan ekstrem, sehingga, klaim Honda, menjaga kenyamanan dan stabilitas di medan berat. Ditambah lagi, penggunaan ban dual purpose berprofil tebal memberikan cengkeraman optimal di berbagai permukaan, baik aspal maupun tanah. Mesin 160 cc eSP+ bertenaga optimal untuk tanjakan curam pegunungan dan meredam guncangan jalan berbatu dengan baik.

Di Mata Orang Kota: Norak dan Bikin Kesal!

Sialnya, kalau kita bergeser ke kawasan perkotaan besar, Honda ADV 160 malah ada yang merespon berbeda. Desainnya yang gagah dan berkesan “adventure” malah dianggap berlebihan untuk kemacetan dan jalan aspal mulus. Motor ini pun kerap dibandingkan dengan skutik lain yang lebih ramping dan lincah untuk perkotaan.

Bodi motor yang gede banget malah bikin susah nyelip kalau macet, dan kelihatan kayak orang mau touring ke gunung, tapi cuma muter-muter Ring Road. Bahkan, bagi sebagian orang, keberadaan ADV 160 di perkotaan terasa norak atau berlebihan, tak terkecuali seorang kenalan yang berdomisili di Kota Pahlawan.

“Jujur, kalau lihat ADV di jalan kota, saya suka mikir, ‘norak banget sih, buat apa coba motor segede itu kalau cuma buat ngampus atau nongkrong di kafe? Kayak maksa banget,’” ungkapnya.

Bodi Gede Pernah Bikin Nyaris Celaka
Kekesalan kenalan terhadap Honda ADV 160 bukan tanpa alasan. Ia pernah punya pengalaman kurang mengenakkan akibat bodi bongsor motor ini di tengah padatnya lalu lintas Jogja.

“Waktu itu saya lagi nyelip dijalanan yang padat banget, pas banget di antara mobil sama motor ADV yang lagi pelan. Tiba-tiba dia (pengendara ADV) sedikit oleng ke kanan buat menghindar lubang kecil, padahal posisi saya udah mepet banget. Stang ADV itu kan lebar ya, kena spion motor saya sampai patah.”

Kejadian itu tidak hanya membuat rugi spion, tapi juga nyaris membuatnya terjatuh. “Untungnya saya sigap, kalau enggak ya pasti nyungsep,” tambahnya kesal.

Jadi, gimana menurutmu? Apakah si Honda ADV 160 ini memang ditakdirkan untuk jadi raja di desa dan jadi bahan cibiran di kota?

Tapi bagaimanapun itu, menurut pandangan pribadi A’A, apapun motornya akan melahirkan berbagai perspektif baik positif ataupun negatif berdasar dari pengalaman, nggak usah menyalahkan motornya karena kembali kekodrat awal bahwa motor itu dibuat untuk mengakomodir segmentasi market tertentu.

Contact Person

Email: atasaspal@gmail.com
Whatsapp: 085746893262
Facebook: Khoirul Anwar
IG: atasaspal
youtube: atasaspal vlog

Keep Safety Riding

Pos ini dipublikasikan di 150cc, adventure, honda, matik, motor baru, opini, umum dan tag , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.